Salah satu pembelajaran berharga dari pandemi diungkapkan oleh President Direktur Wall Street English (WSE) Indonesia, Kish Gill. Dia mengatakan salah satu tantangan yang dihadapi perusahaannya ihwal bagaimana melayani para peserta kursus agar bisa melanjutkan pelajaran bahasa Inggris selama pandemi.
“Jadi strategi yang kami terapkan saat itu adalah penerapan teknologi digital yang tepat. Kedua, mengurangi pengeluaran sebisa mungkin. Ketiga, bagaimana kita bisa beradaptasi untuk berjualan secara daring dengan memakai tools yang ada,” kata Kish dalam acara pertemuan virtual.
Berkaca dari pengalaman itu, menurut Kish, menghadapi tantangan bukan tentang strategi atau teknologi, tetapi staf bisa beradaptasi dengan kondisi kerja yang berbeda dan merangkul sistem baru. “Itu tantangan luar biasa. Menurut saya, mindset-nya yang harus diubah kalau kita mau bertransformasi,” kata Kish.
Di bidang lain, asisten editor Kompas.com, Firzie A Idris menjelaskan pandemi bukan tantangan pertama di dunia media. Dia menyebut tantangan awal yang dihadapi media adalah digitalisasi beberapa tahun lalu. “Sekarang ini, persaingan bukan tentang media lawan media. Namun, media bersaing melawan influencer, content creator,” ujar dia.
Di masa sekarang ini, Firzie menyebut media bisa bertumbuh karena suara “kebisingan” di internet, khususnya media sosial. Selama 1,5 tahun ini, Firzie menyoroti bahwa informasi yang beredar bukan suatu informasi, tetapi sumber kecemasan. “Banyak sumber hoaks dan informasi yang beredar di grup (aplikasi pesan instan) WhatsApp. Di sini peran kita sebagai media harus ditingkatkan,” kata dia.
Jika menengok studi UNICEF pada 2016 tentang hanya satu dari 1.000 orang Indonesia yang serius membaca buku dalam waktu satu tahun, Firzie mengatakan bahwa media berhadapan dengan orang-orang yang kemampuan berpikir kritisnya kurang.
Studi itu, menurut dia, menunjukkan bahwa kemampuan membaca penduduk Indonesia mungkin tidak seintens warga negara lain. “Makanya kita sebagai media harus memiliki expertise (kemampuan) lebih untuk memberikan informasi kepada mereka, yang bisa mereka terima dengan baik,” ujar Firzie.
Firzie menilai bahwa tetap kompetitif di era pandemi berarti siap menerima perubahan. “Meskipun banyak yang terkena dampak karena pandemi, tetapi kita harus melihat ke depan untuk siap menghadapi apa yang tidak terduga,” kata dia.
Ketua Komite Paralimpiade Nasional (NPC) DKI Jakarta, Dian D.M Jacobs menjelaskan dunia olahraga juga tak luput dari proses beradaptasi selama pandemi. Misalnya saja, dia menceritakan persiapan atlet untuk berlaga di Paralympic Games Tokyo 2020 beberapa waktu lalu. “Kita berlatih dengan cara yang berbeda. Bahkan, kita selalu menjalani tes PCR (uji usap) setiap hari selama satu minggu sebelum berangkat ke Tokyo,” kata Dian.
Jika biasanya para atlet mengadakan latih tanding sebelum berangkat, persiapan kali ini tidak melakukan pengujian itu. Bahkan, latihan memiliki batas waktu, karena harus bergantian dengan atlet lainnya. Selain itu, satu kamar hanya ditempati satu atlet demi keamanan dan kenyamanan bersama. “Kita berjuang saja dan berfikir positif bagaimana bisa meraih medali untuk Indonesia,” ujar Dian.
Source: https://www.republika.id/posts/21549/mereka-yang-bertahan-saat-pandemi